SwaBatik.com sudah lama tidak hadir ketengah pembaca setia. Sekarang, dan untuk masa selanjutnya SwaBatik akan hadir dan mengenengahkan tulisan tulisan inspiratif yang disarikan dari Pelatihan motivasi berusaha ( EMT).
_______________________
Mungkin pembaca SwaBatik masih ingat dengan beberapa tulisan terdahulu, yang juga disarikan dari training itu. Dan kini satu topik yang penting akan pembaca terima.
Dalam kehidupan tentu ada skala prioritas. Kalau di urutkan kira kira : Penting Mendesak, Penting, Tidak penting, Perlu dan Tidak Perlu. Tapi kita sering lupa, terkadang yang tidak perlu menjadi perlu, dan bahkan yang tidak penting kita jadikan prioritas. Maka semua menjadi kacau, mubazir dan tidak jarang menciptakan kerugian.
Dalam salah satu sesi EBT kali itu dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki kesempatan dan waktu yang terbatas. Banyak factor yang membatasi, dan bahkan kita sendiri tidak tahu pembatasnya itu. Ibarat nya setiap dari kita mempunyai selembar kertas dan sebuah pena. Tidak ada yang tahu seberapa banyak tinta yang ada dalam pena. Kita tidak perah tahu seberapa banyak kalimat, kata atau huruf yang kita bisa tuliskan. Disinilah dituntut kearifan kita. Apa yang harus dituliskan dalam keterbatasan itu. Apa yang harus dilakukan dalam keterbatasan hidup.
_______________________________
Banyak dari kita yang mengisi kehidupan ini dengan hal hal yang tidak perlu, dan terdakang malah mengalahkan dari yang sesungguhnya “penting”. Menuntut ilmu pengetahuan jauh lebih penting dari bermain main dengan teman. Tapi bukan tidak mungkin bermain dengan teman juga menjadi penting dari pada duduk sendirian. Semuanya itu tergantung pada situasi dan kondisi kita.
Memikirkan hal hal yang lebih besar dan strategik, tentu harus didahulukan dari pada memikirkan hal hal yang sepele. Untuk kondisi ini saya teringat nasehat seorang instruktur training . “ Masukan terlebih dahulu batu kedalam poci, setelah itu pasir, kemudian air. Maka semua akan masuk. Tetapi jika kamu masukkan air terlebih dahulu, kemudian pasir, maka batu tidak akan bisa masuk dalam poci itu.”. Energi kamu akan habis memikirkan hal hal yang kecil, pada hal kamu harus memikirkan bagaimana strategi memajukan usaha.
Saya membagikan selembar kertas yang sudah diberi minyak, tetapi tidak kelihatan dari permukaan kertas. Kertas yang berminyak tidak dapat ditulisi. Kemudian sebuah pena yang isinya sudah dikuras secara acak. Tidak ada yang tahu seberapa banyak isi tintanya.
Setelah kertas dan pena dibagikan, saya memberikan instruksi.
Bahwa setiap peserta diminta untuk menulis, menggambar atau apa saja bahkan mencoret, atau tidak melakukan sama sekali diatas kertas itu. Tapi yang perlu saya sampaian adalah : bahwa pada tempat titik tertentu kertas anda tidak bisa ditulisi lagi, walaupun isi pena anda penuh. Atau, jika tiba tiba isi pena anda habis, sementara kertas anda masih banyak untuk menulis. Anda terbatas. Anda harus memikirkan, kalimat apa yang akan anda tulis, gambar apa yang akan anda buat.
Kertas itu ibarat kesempatan yang anda miliki. Itu pemberian dari Tuhan sang Pencipta. Pena adalah usaha atau kerja yang anda lakukan. Kadang kala dikala anda punya ilmu dan tenaga untuk bekerja tapi kesempatan anda tidak punya, atau dikala kesempatan tersedia anda tidak puya kemampuan untuk bekerja. Begitulah hidup. Nah sekarang anda silahkan memulai. Apakah anda akan menulis hal hal yang bersifat tidak berguna, atau anda akan menulis kata kebencian, mencaci maki, atau sebaliknya, anda akan menulis sesuatu yang berguna bagi orang lain yang membacanya, atau anda akan menulis syair tentang cita dan kasih sayang. ? atau bahkan anda tidak akan menulis satu huruf pun.. Semua terserah pada anda.
____________________________
Semua peserta EMT terdiam. Mereka tidak menyangka pelatihan ini mempunyai makna yang sangat dalam. Saya biarkan mereka menulis ditempat yang paling nyaman, sendiri, dibawah cahaya lampu, temaram, sepi dan sunyi.
Suasana training berubah menjadi haru.. Kira kira setengah jam hening, makin lama makin hening. Tiba tiba ada seorang peserta yang tersedu, dia menangis. Setelah saya perhatikan hampir semua peserta menangis, terisak dan ada juga yang diam. Saya biarkan mereka hanyut dalam pikiran mereka. Saya juga tidak mampu untuk menahan mereka.
Satu setengah jam topik ini harus selesai. Semua peserta saya minta untuk kembali ketempat semula. Saya perhatikan satu persatu, semua mata mereka merah. Menangis.
“Kenapa anda menangis” tanya ku.. Tidak satu pun dari mereka yang menjawab, semua menunduk, ada yang memegang dahi dan ada juga yang menutup mukanya.
Sekarang saya minta dari mereka untuk membuka dan membaca apa yang mereka tulis. Suasana menjadi semakin haru. Tiba tiba salah seorang perserta berbicara dengan suara bergetar dan serak. “ Saya ingin menulis banyak hal yang saya pikirkan, tapi saya tidak tahu dari mana harus memulai, dan jika saya mulai saya takut tinta saya akan habis, atau kertas saya tidak dapat saya tulisi lagi” .. Terus apa yang Ibu lakukan ? Saya hanya menulis satu kata “anakku..” Apa artinya itu? tanya saya. Suasana hening, dan pecahlah tangis nya..”Seluruh kesempatan yang saya punyai dan kekuatan yang saya punyai, hanya untuk anak saya…” Suara itu begitu lirih keluar dari mulut ibu 50 tahun itu. Bibirnya kering, matanya basah” Ibu itu adalah salah satu dari peserta EMT yang mempunyai usaha warung makan. “Sekarang saya baru sadar bahwa apa yang saya lakukan ini begitu penting demi anakku. Tidak ada artinya kelelahan, jika dibandingkan dengan apa yang saya inginkan’, tambah ibu itu dengan suara yang yakin.
Tiba tiba seorang bapak bicara dengan nada lirih..” Saya orang yang tidak beruntung dalam hidup ini” ..Kenapa pak?, bukankah bapak seorang pengusaha garmen yang sudah sukses. tanyaku heran. Saya tidak sempat menuliskan sesuatu yang saya anggap penting, tidak bisa karena kertas saya tidak bisa lagi ditulisi. “Bapak mau nulis apa? tanyaku penasaran. Saya menulis bagaimana saya bangkit dari kegagalan dan keterpurukanku, terang bapak itu.
Perjalanan usahaku sangat panjang dan melelahkan. Jatuh bagun, hancur, dan hampir saja saya berhenti. Saya ingin membangi pengalaman ku untuk bangkit, tetapi tidak sempat karena kertasku tidak bisa ditulisi. Saya terlalu banyak menuliskan tentang kegagalan dan kehancuran usaha ku, terangnya dengan suara yakin. “Kegagan ku tidak diperlukan oleh orang, justru yang diperlukan orang adalah bagaimana cara saya bangkit, dan ini yang tidak sempat saya bagikan.”
______________________________
Banyak cerita cerita yang ditulis dalam kertas yang tadi kosong. Ada yang selesai, tapi kertasnya masih banyak, dan ada juga yang belum selesai tapi tintanya sudah habis. Ada cerita tentang cinta kasih, dan ada juga cetita tentang dendam dan benci…..
Begitulah kehidupan. Apa yang penting dalam hidup anda, prioritaskanlah. Letakkan hal itu diatas segalanya, karena anda akan merasa menyesal jika itu tidak dapat anda capai.
Bagaimana dengan kertas kosong anda? Apa yang telah anda tulis. Ingat, anda tidak akan pernah tahu kapan kertas anda tidak bisa lagi ditulisi dan pena anda tidak lagi bisa menulis, meskipun anda masih ingin sekali untuk menulis……(SwaBatik)